Museum Brawijaya Malang, merupakan salah satu museum perang kemerdekaan yang terlengkap di Indonesia. Museum ini terletak di kawasan strategis Jalan besar Ijen, depan kantor Perpustakaan Umum Kota Malang.

Museum Brawijaya merupakan salah satu museum perang kemerdekaan terlengkap di Indonesia. Terletak di Jl. Ijen No. 25 Malang, museum tersebut diresmikan pada tanggal 04 Mei 1968 oleh Kolonel Pur. Dr. Soewondo. Gedung ini mempunyai semboyan “CITRA UTHAPANA CAKRA” yang mengandung arti ‘sinar yang membangkitkan kekuatan’. Luas area Museum Brawijaya mencapai 6.825 m2 terbagi atas 2 area utama, yaitu area pameran dan perkantoran.




Berkunjung ke Museum ini kita bisa menyaksikan langsung sisa-sisa peninggalan pahlawan kemerdekaan Indonesia terutama di era agresi Belanda tahun 1949, dimana pada saat itu Belanda yang belum rela kemerdekaan Indonesia (1945) kembali menjajah dengan perangkat perang yang lengkap, yang kemudian oleh sejarah di sebut agresi militer I dan agresi militer II.

Pada halaman depan museum terdapat taman senjata yang diberi nama “Agne Yastra Loka”. ‘Agne’ berarti ‘api’, ‘Yastra’ berarti ‘senjata’, dan ‘Loka’ berarti ‘tempat/taman’. Sehingga pengertian nama tersebut adalah tempat/taman senjata yang merupakan peninggalan dari api revolusi 1945.

Di bagian depan museum tampak dipajang koleksi kendaraan tank yang digunakan pada pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya. Ada pula senjata penangkis serangan udara yang disita oleh BKR pada September 1945 dari tangan tentara Jepang. Meriam Cannon 3,5 Inch ‘Si Buang’ yang disita oleh TKR di Desa Gethering Gresik dari tentara Belanda pada 10 Desember 1945. Serta Tank AMP-TRACK yang digunakan dalam pertempuran para pejuang TRIP.


Selain itu ada pula koleksi mobil dinas, berbagai jenis senjata serbu, pistol, meriam, mortil, granat, burung post, baju/seragam tentara perang, topi baja, sepatu tempur, komputer, radio, pesawat telepon, arsip tertulis hingga berbagai perlengkapan seperti meja kursi dan tempat tidur yang pernah digunakan Panglima Perang Gerilya Jendral Sudirman. Yang menarik dari ruangan bagian depan museum ini yaitu terdapatnya meja dan kursi yang digunakan oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan Kol. Soengkono dalam melakukan “Perundingan Meja bundar”.

Koleksi menarik lainnya dari Museum Brawijaya yaitu mobil sedan De Soto. Mobil sedan buatan pabrik “DE SOTOSA USA” ini dulu pernah dipergunakan oleh Kolonel Soengkono sebagai kendaraan dinas sewaktu menjabat sebagai Panglima Divisi IV Narotama dan Panglima Divisi Brawijaya (Divisi I Jatim) tahun 1948-1950 di Jawa Timur.

Satu lagi koleksi unik yang mengundang banyak perhatian pengunjung sekaligus menjadi ikon Museum Brawijaya yaitu Gerbong Maut. Koleksi ini terdapat di bagian belakang museum. Gerbong Maut menyimpan sepenggal kisah para pejuang yang memilukan. Dalam perang kemerdekaan tanggal 21 Juli 1947 tentara Belanda mendarat di pantai Pasir Putih dan menyerang kota termasuk Bondowoso. Dalam pertempuran tersebut tentara Belanda menawan sejumlah pejuang di penjara Bondowoso.

Pada tanggal 23 September 1947 pukul 01.00 WIB para pejuang yang ditawan di penjara Bondowoso (berjumlah 100 orang) diangkut dengan menggunakan gerbong barang untuk dipindahkan ke Surabaya. Kondisi yang berdesak-desakan dalam gerbong sempit ditambah pintu dan jendela ditutup rapat selama perjalanan membuat udara dalam gerbong sangat panas. Terang saja hal itu mengakibatkan banyak pejuang meninggal. Ketika sampai di Stasiun Wonokromo Surabaya, sebagian besar pejuang sudah mati lemas. Adapun yang masih hidup berjumlah 12 orang dimasukkan ke dalam penjara Kalisosok, Surabaya.

Aura seram masih terasa di Gerbong Maut ini. Meski demikian, banyak pengunjung yang penasaran dan mencoba naik ke dalam gerbong tersebut. Nuansa yang penuh dengan nilai perjuangan membuat kita terlena dalam sejarah dan betah berada di museum ini. Para wisatawan juga bisa mengambil gambar dan mendokumentasikan berbagai koleksi langka yang ada di Museum Brawijaya. 

Selain berbagai macam perlengkapan tempur, Museum Brawijaya juga punya barang koleksi lain seperti mata uang kuno, foto-foto para pahlawan, hingga meja kursi yang digunakan untuk melakukan berbagai macam perundingan.

Yang menarik dari museum ini adalah kamu bisa melihat-lihat suasana sekitar museum melaui rooftop gedung. Meski tidak tinggi, menyaksikan lingkungan sekitar museum darisini terasa cukup menarik. Yakni jalur hijau di dekat museum yang dihiasi bunga bougenvil dan pohon palem dengan latar belakang perumahan bergaya kolonial Belanda.



MUSEUM BRAWIJAYA
Jl. Ijen No 25A
Malang Jawa Timur

Jam Operasional: 
Senin-Kamis : 08.00-14.30
Jumat : 08.00-11.30
Sabtu-Minggu : 08.00-13.00

Tiket:
Rp.3.500

0 komentar :

Post a Comment

 
Top