Dalam hidup terkadang ada banyak hal yang tidak kita rencanakan namun terjadi dan kita harus ikhlas menerimanya. Jika selama ini, kaum ibu yang terbiasa hanya mengurus rumah tangga tiba-tiba harus menghadapi kenyataan, orang yang selama ini memenuhi kebutuhan pergi untuk selamanya, baik karena meninggal dunia maupun sebab lain seperti perceraian. Dalam kondisi ini, si ibu mau tidak mau harus mengambil alih tanggung jawab membesarkan dan membiayai kehidupan anak-anak dan keluarga. Beruntung jika mantan pasangan yang telah bercerai bersedia tetap membiayai pendidikan anak-anak. Jika pasangan meninggal dunia, maka otomatis semua tanggung jawab segera beralih ke pundak si ibu.

Beruntung jika si ibu memiliki pekerjaan tetap sehingga meskipun sulit tetap memiliki sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lantas bagaimana dengan ibu yang selama ini tidak memiliki penghasilan sama sekali. Permasalahan inilah yang kerap mendera banyak ibu rumah tangga yang kemudian menjadi “single mom” atau Ibu tunggal. Meskipun menjadi single mom tidaklah mudah, terutama dalam hal keuangan, namun bukan berarti tidak ada jalan keluar untuk mengatasi masalah ini. Berikut beberapa referensi cerdas yang mungkin bisa membantu single mom untuk tetap bertahan dalam krisis keuangan pasca di tinggal pergi pasangan.


1. Periksa dan Kumpulkan Semua Aset
Kini saatnya kita menghitung kembali berapa jumlah aset yang dimiliki, seperti rumah, kendaraan, perhiasan, dan aset lainnya, yang memiliki nilai tunai atau dapat diuangkan. Jika pasangan meninggal dunia, maka tentu ada asuransi jiwa yang dapat dicairkan oleh ahli waris yang bersangkutan. Kumpulkan nilai asuransi tersebut bersama aset lainnya sehingga kita bisa mengukur secara keseluruhan jumlah aset atau kekayaan yang dimiliki.

2. Buatlah Daftar Hutang atau Kewajiban Finansial yang Harus Dibayar
Dengan membuat daftar kewajiban finansial yang harus dibayar, maka kita bisa merencanakan pembayaran untuk kewajiban tersebut sesuai dengan aset yang dimiliki, setidaknya untuk jangka waktu beberapa bulan sebelum kondisi keuangan pulih kembali.

3. Buat Skala Prioritas Untuk Pengeluaran
Mungkin selama beberapa waktu kondisi keuangan keluarga tidak stabil. Pada masa-masa ini, pengeluaran haruslah diprioritaskan untuk pos-pos yang wajib dibayar setiap bulan, seperti listrik, air, keamanan lingkungan, SPP sekolah, dan lain-lain. Kesampingkan dahulu pengeluaran yang tidak terlalu penting, seperti membeli pakaian, aksesoris, makan di luar, dan sebagainya. Sadarlah bahwa pendapatan atau penghasilan yang diperoleh tidak sebanyak sebelumnya, sehingga kita harus lebih hati-hati mengeluarkannya.

4. Gali Potensi Untuk Mencari Pendapatan Baru
Tidak mudah memang menjadi seorang single mom, selain menjadi tulang punggung satu-satunya dalam keluarga dalam urusan mencari nafkah, juga harus mendidik dan mengurus keluarga. Sama seperti keluarga lainnya, single mom harus mampu mengalokasikan dan menyiapkan pendapatan untuk kehidupan sehari-hari, pengeluaran mendadak, dan pengeluaran jangka panjang. Untuk ini diperlukan tenaga dan pikiran yang lebih kreatif untuk mencari tambahan penghasilan. Tidak perlu memikirkan terlalu jauh jenis usaha yang bisa digunakan untuk mencari tambahan penghasilan, galilah potensi dalam diri dan maksimalkan. Menjalani usaha atau bisnis yang berawal dari passion akan terasa lebih mudah dan enjoy, sehingga beban sebagai single mom akan sedikit berkurang.

5. Terbuka Tentang Masalah Keuangan Dengan Anak
Anak merupakan tokoh terpenting dalam perubahan suasana keluarga yang mendadak, karena itu perasaannya jangan dikesampingkan. Jika usia anak telah dirasa cukup untuk memahami kondisi orangtuanya, ajaklah mereka bicara dari hati ke hati, terutama dalam masalah keuangan keluarga. Kemungkinan besar ada hal-hal yang dulu biasa dilakukan, namun kini tidak bisa dilakukan lagi. Jika anak masih terlalu kecil untuk memahami kondisi keuangan yang harus dihadapi, mulai ajarkan anak untuk menabung jika memiliki keinginan memiliki sesuatu.

Dengan demikian, si anak akan belajar menetapkan skala prioritas keinginannya, paling tidak dimulai dari hal-hal yang sederhana. Selain itu, si ibu bisa mengendalikan situasi tanpa harus membuat anak merasa tertekan.



Yakin dan Berusahalah
Tidak mudah memang mengatur keuangan pasca ditinggal pergi oleh pasangan, apalagi jika tidak mempunyai persiapan finansial yang cukup. Namun, yakinlah secara perlahan keuangan akan membaik jika kita mau terus berusaha dan tentu saja dengan dukungan penuh dari anak-anak dan keluarga.



Sumber :

0 komentar :

Post a Comment

 
Top