Pusat Primata Schmutzer Ragunan merupakan hibah bagi kota Jakarta dari mendiang Nyonya Schmutzer, seorang pecinta satwa kelahiran Wonorejo, 6 September 1927 dan meninggal di Jakarta, 11 September 1998. Nyonya Schmutzer memberi contoh akan kepedulian pada satwa liar dengan harapan dapat membantu masyarakat Indonesia untuk lebih menghargai dan peduli pada keindahan satwa liar Indonesia.
Pusat primata itu dibangun dengan konsep kandang terbuka berdasarkan surat wasiat almarhum Ny Schmutzer selaku penyandang dana utama dengan persetujuan Gubernur DKI Jakarta, dibantu dana tambahan dari Gibbon Foundation, yayasan di Eropa untuk perlindungan satwa langka di Indonesia. Tempat ini merupakan sumbangan Ny. Pauline (Puck) Schmutzer (alm), perempuan keturunan Belanda yang lahir di Wonorejo. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai pelukis yang sangat mencintai satwa. Kecintaannya kepada satwa tersebut diwujudkan dengan mewariskan semua harta kekayaannya bagi kepentingan lingkungan hidup. Ketika meninggal dunia, ia mewariskan hartanya untuk pembangunan pusat primata, dibantu dana dari Gibbon Foundation, yayasan di Eropa untuk perlindungan satwa langka dan dilindungi di Indonesia.


Seperti juga Kebun Binatang San Diego, kehidupan primata di Schmutzer dirancang seperti kehidupan alam bebas binatangnya (tanpa kandang), contohnya kandang gorila dan orang utan. Kandang seperti ini disebut enklosur.


Namun sebagai perbandingan lain, orang utan yang berada dalam pengelolaan Schmutzer terawat dengan baik, beberapa kandang ditutup oleh kaca dan memiliki pengatur suhu. Sedangkan orang utan yang berada dalam pengelolaan kebun binatang ragunan kandangnya tidak terlindungi dari lemparan makanan para pengunjung, bahkan pengunjung melempar rokok, dan orang utan di dalam kandang sudah belajar dan menjadi perokok.
Pada tahun 2006 pusat primata ini sudah diserahkan sepenuhnya pada kebun binatang ragunan jakarta.
Pusat primata Schmutzer tampak dari depan mirip dengan entry gate Keong Mas di TMII, kubahnya melengkung tinggi dan pengunjung harus menaiki tangga untuk tiba dilantai dua. Pengunjung disambut oleh patung gorila dengan wajah garang dalam ukuran seperti aslinya. Dikiri kanan tampak panel panel berisi informasi primata dunia yang disajikan dengan bahasa sederhana dan sangat edukatif.
Puas berdiam di waving gallery, perjalanan bisa diteruskan keujung jalan, pengunjung lalu menuruni tangga ke ground level. Dari sini, masih ada kesempatan untuk melihat lokasi kandang gorila dalam posisi sejajar pandangan mata. Disekitar kandang gorila, ada beberapa jalan meyamping melewati rimbunan dahan dan pohon lebat untuk sampai ke kandang penangkaran primata asli Indonesia seperti orang utan, owa kalimantan, owa jawa abu abu yang sudah sangat langka, siamang, dan lain-lain.
Di pusat primata Schmutzer ini terdapat juga koleksi simpanse, monyet, dan fasilitas lainnya. Seperti dunia orang utan. Di sini kita memasuki terowongan panjang dan gelap yang dibuat menyerupai goa. Di dalam goa tersebut di antara tiap-tiap bagian dipisahkan oleh tali-tali yang menyerupai akar pohon. Pada sisi-sisi terowongan di bagian tertentu akan nampak kaca tebal sehingga kita dapat melihat orang utan yang berada di luar.

Pusat Primata Schmutzer juga memiliki museum, perpusatakaan dan teater bioskop kecil tentang primata di Indonesia dan dunia.

Karena pengunjung tidak diperbolehkan membawa makanan masuk, lingkungan Schmutzer sangat bersih. Pemeriksaan akan hal ini ketat, tepat penitipan barangnya aman dan rapi. Pengunjung diperiksa sebelum masuk, bahkan permen pun akan disita di tempat penitipan barang. Air minum disediakan gratis di dalam taman dengan adanya pancuran air minum di setiap titik titik tertentu di kebun binatang. Selain binatang yang terawat, semua tumbuhan di Schmutzer diberi papan nama berdasarkan nama latinnya untuk keterangan pengunjung.
Tidak perlu mengeluarkan banyak uang jika ingin melihat koleksi primata di sini. Tiket masuknya pun murah meriah dan tidak akan dipungut biaya apa pun lagi di dalamnya. Jika ingin melihat tiga gorila besar di pusat primata Schmutzer, sebaiknya datanglah pada waktu mereka diberi makan; pukul 09.00, 12.00, dan 15.00 WIB.
Secara sekilas, komposisi makanan mereka cukup beragam dengan aneka macam buah. Mereka diberi kubis segar, pisang, manggis, buah bit merah, apel, dan banyak lagi.
Pada jam-jam tersebut, anda akan melihat dengan lahapnya mereka makan dan tentu saja pengunjung akan membludak sekali. Ada tiga gorila di sini, pertama Kumbo. Ia adalah gorila paling besar sekaligus pemimpin kelompok di area gorila ini. Kumbo paling suka bergaya depan pengunjung, serta menunjukkan postur tubuhnya yang besar. Kedua, yaitu Komu, saudara dari Kumbo dan suka mengikutinya mengelilingi area gorila. Terakhir, Kihi, gorila satu ini paling suka menyendiri dan jarang terlihat depan pengunjung.
Biar bagaimanapun, hidup dialam bebas tetap menjadi pilihan terbaik asal tidak diburu dan dibunuh oleh pemburu yang bernama manusia. Mereka disini bukan pilihan hidup mereka, tapi karena diluar sana lebih kejam karena manusia merusak hutan dan membantai mereka.
Pusat Primata Schmutzer
Taman Margasatwa Ragunan
Jl. Harsono RM, No. 1, Ragunan
Jakarta Selatan
Jam buka:
Senin - Jumat 09.00 - 16.30
Sabtu & Minggu, 09.00 - 17.00
Tiket:
selasa-jumat : Rp.6.000,-
sabtu-minggu dan hari libur nasional : Rp.7500,-
film dokumenter Primata anda dikenakan biaya Rp. 150.000 untuk sekali putar dengan kapasitas tempat duduk 85 kursi.
0 komentar :
Post a Comment