Bullying tak hanya berupa tekanan dalam bentuk fisik, tetapi juga bisa berlaku dalam bentuk non fisik.

Kebanyakan pekerja, meski yang sangat mencintai pekerjaannya sekalipun akan merasa sangat tertekan bila di kantor ia mengalami bullying. Tipe bullying tidak hanya berupa tekanan fisik, tetapi juga bisa dalam bentuk non fisik.

Bullying di tempat kerja bukan hal yang baru, bahkan mengalami peningkatan. Hal tersebut merupakan hasil studi yang dilangsungkan oleh situs karier CareerBuilder di Amerika Serikat. Survei tersebut mengatakan, 35 pekerja merasa ditekan (bullying) di tempat kerja, sementara tahun lalu hanya 27 persen.

Bullying bisa merusak banyak hal dalam diri pekerja, tak sekadar perasaan sakit hati atau ego yang terluka; sekitar 17 persen pekerja yang merasa ditekan mengaku, pernah berhenti dari tempat kerja akibat menjadi korban praktik bullying. Sekitar 16 persen mengaku merasa mengalami masalah kesehatan akibat bullying.

Pelaku bullying di kantor bisa terjadi di berbagai kalangan di perusahaan. Dari para pekerja yang merasa pernah di-bully, kebanyakan menunjuk pelakunya adalah bos (48 persen) atau rekan kerja (45 persen). Sekitar 31 persen mengaku pernah di-bully oleh pelanggan dan 26 persen oleh orang yang sangat tinggi di perusahaan, lebih tinggi dari bos. Sekitar 54 persen yang pernah di-bully mengaku pernah ditekan oleh orang yang lebih tua, sementara 29 persen mengaku pelaku bully-nya adalah orang yang lebih muda.

Peristiwa bullying bisa berupa tekanan fisik, bisa pula dalam bentuk lain. Berikut ini jenis-jenis bully yang pernah dilaporkan terjadi:

  • Dituduh melakukan kesalahan (42 persen).
  • Tidak dianggap (39 persen).
  • Diberlakukan kebijakan dan standar yang berbeda  (36 persen).
  • Terus menerus merasa khawatir dan tidak tenak, merasa sedang menunggu sesuatu yang buruk (37 persen).
  • Terus-menerus dikritik (33 persen).
  • Seseorang tidak melakukan pekerjaan tertentu, yang kemudian menyakiti pekerjaannya (31 persen).
  • Diteriaki oleh seseorang di depan teman kerja lainnya (28 persen).
  • Dilempari komentar-komentar yang mengecilkan tentang hasil pekerjaan yang dinilai buruk, dan disampaikan orang tersebut saat rapat (24 persen).
  • Digosipkan (26 persen).
  • Seseorang mencuri pujian atas hasil pekerjaan (19 persen).
  • Dikeluarkan dari proyek atau rapat (18 persen).
  • Diledek untuk hal-hal personal (15 persen). 

Sumber : Forum Kompas

0 komentar :

Post a Comment

 
Top