Museum Bank Indonesia (MBI) ini terletak di kawasan kota tua Jakarta, di depan stasiun Beos Kota, tepatnya di sebelah Museum bank Mandiri. Museum ini awalnya merupakan sebuah rumah sakit Binnen Hospitaal, lalu kemudian digunakan menjadi sebuah bank yaitu De Javashe Bank (DJB) pada tahun 1828. Lalu setelah kemerdekaan yaitu pada tahun 1953, bank ini di-nasionalisasikan menjadi bank sentral Indonesia atau Bank Indonesia. Tapi tidak lama, yaitu tahun 1962, Bank Indonesia pindah ke gedung yang baru. Gedung ini dibiarkan kosong, namun dewan gubernur BI menghargai nilai sejarah yang tinggi atas gedung tersebut, sehingga memanfaatkan dan melestarikannya menjadi Museum Bank Indonesia. Museum ini diresmikan pada 15 Desember 2006 oleh gubernur BI, Burhanuddin Abdullah.

Terlihat dari luar, gedung ini berdiri kokoh, terawat dan cantik. Area parkir tersedia cukup luas. Warna putih membuat gedung ini semakin elegan. Memasuki gedung, suasana kuno sirna sama sekali. Pintu otomatis terbuat dari kaca akan menyambut tamu yang datang. Dan akan dilanjutkan dengan pemeriksaan dengan detektor logam yang dilakukan petugas keamanan. Terlihat sangat ketat untuk kunjungan ke sebuah museum. Lobi terlihat mewah dengan kondisi yang sangat bersih, dan sangat sejuk walaupun di siang hari terik, karena gedung ini ternyata Full AC lho.. wow..keren..

Seperti gedung peninggalan Belanda lainnya, di atas pintu masuk Museum Bank Indonesia ini juga menggunakan kaca patri mozaik indah. Kaca patri ini dibuat oleh seniman Belanda bernama Ian Sihouten Frinsenhouf dengan total 1509 panel kaca patri. Kondisi museum ini dapat dikatakan menakjubkan.

Memasuki pintu putar (yang sudah tidak boleh diputar lagi), kami menjumpai meja resepsionis yang sangat modern. Disana kita diminta untuk menitipkan semua tas kita, termasuk tas tangan untuk para wanita. Hhm agak merepotkan juga, tapi karena ya seperti itu peraturannya. Kami mendapatkan karcis dari penjaga, tapi dengan biaya GRATIS… Wah, makin kagum lagi deh, museum sebagus ini ternyata gratis.

Semakin terlihat ke hitech-an (sarat dengan teknologi tinggi) dari museum ini saat melihat beberapa LCD besar yang menjelaskan sejarah museum ini dengan menggunakan layar sentuh di panel kiosk, dan hebatnya lagi speaker yang digunakan adalah parabolic speaker, sehingga suara terfokus pada pengunjung yang berada di bawah jangkauan speaker. Kemudian kami melewati ruang peralihan. Dalam ruangan ini ada sebuah projector khusus yang akan menampilkan koin yang jika ditangkap akan memberikan informasi mengenai koin tersebut. 

 Keluar dari teater, kita akan memasuki ruang museum yang modern, bahkan seakan kita tidak melihat museum di Indonesia. Jauh dari kesan kuno, kampungan, tak terawat… Semua di desain dengan teliti dan rapih. Ada setting dermaga di Batavia tempo doeloe, ada setting nasabah Belanda yang sedang menyetor di bank. Di sini kita dapat melihat sejarah Bank Indonesia dan juga fungsi dari Bank Indonesia. Juga ada ensiklopedia seputar perbankan yang diberi judul “Yang Seru Yang Lucu”.

Kemudian kita akan melihat ruang brankas yang terbuat dari pintu baja, mirip dengan yang ada di Museum Bank Mandiri, tapi di Museum BI ini ruangannya lebih kecil. Di dalamnya adalah ruang numismatik collection yang memberikan informasi sejarah alat tukar menukar yang ada di Indonesia. Semua ditata rapi, lengkap dengan kaca pembesar agar pengunjung dapat melihat lebih seksama. Di ruang itu juga terdapat pemandu yang siap menjelaskan kepada pengunjung yang ingin bertanya. Di luar ruang terdapat tempat duduk yang berbentuk koin raksasa dan juga uang kertas pecahan 10.000 yang dapat kita gunakan untuk berfoto dengan wajah kita. Di dekat pintu keluar terdapat tempat penjualan cinderamata dan juga kantin (tapi saat itu keduanya tutup).

Secara keseluruhan kami kagum terhadap museum Bank Indonesia ini. Bagaimana pengelola mendesain dan merawat kondisi ruangan patut diacungi jempol. Standard yang digunakan semua kelas atas, mungkin karena sebagai lembaga terkaya di Indonesia ya ? Wong uangnya tinggal cetak sendiri…  Tapi kalau boleh jujur, kami merasa kehilangan “jiwa” dari sejarah yang ada. Semua serba modern, sehingga “atmosfir sejarah” yang kami rasakan di Museum Bank Mandiri tidak kami temukan di Museum BI ini, hhmm mungkin memang beda peruntukkannya. Pengamanan pun ekstra ketat, hampir di setiap ruangan terlihat petugas keamanan.

Semoga semua museum di Indonesia dapat mencontoh, dan akan berbenah diri, jangan hidup segan mati tak mau. Percantik dirimu, karena dengan demikian akan semakin banyak pencinta museum di Indonesia yang jumlahnya semakin langka.


Museum Bank Indonesia
Pintu Besar Utara No. 3 Jakarta Barat
Telp : (021) 2600158 Ext 8111, 8102, 8100

Jam operasional :
* Selasa – Kamis : 08.30 – 14.30
* Jumat : 08.30 – 11.00
* Sabtu – Minggu : 09.00 – 16.00
* Senin & hari libur nasional : Tutup

Tiket masuk : Gratis

0 komentar :

Post a Comment

 
Top