Candi Ratu Boko adalah sebuah situs peninggalan bersejarah yang berupa reruntuhan bangunan menyerupai candi. Bangunan ini sangat penting peranannya dalam perkembangan sejarah dinasti Hindu di Indonesia terutama di Jawa. Candi Ratu Boko atau Candi Boko faktanya bukan benar-benar merupakan sebuah candi, tapi sebenarnya adalah sebuah istana atau keraton. Itulah kenapa Ratu Boko juga sering disebut sebagai Keraton Ratu Boko.

Candi Ratu Boko berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di desa Dawung dan Desa Sambireja. Lokasinya berada di sebelah timur Kota Yogyakarta kurang lebih 19 kilometer, dan berada di sebelah selatan Candi Prambanan yang sangat terkenal dengan legenda Roro Jonggrang-nya, kurang lebih 3 kilometer. 
Istana Ratu Boko adalah sebuah bangunan megah yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, salah satu keturunan Wangsa Syailendra. Istana yang awalnya bernama Abhayagiri Vihara (berarti biara di bukit yang penuh kedamaian) ini didirikan untuk tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Berada di istana ini, kita bisa merasakan kedamaian sekaligus melihat pemandangan kota Yogyakarta dan Candi Prambanan dengan latar Gunung Merapi.

Istana ini terletak di 196 meter di atas permukaan laut. Areal istana seluas 250.000 m2 terbagi menjadi empat, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur. Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban. Sementara, bagian tenggara meliputi Pendopo, Balai-Balai, 3 candi, kolam, dan kompleks Keputren. Kompleks gua, Stupa Budha, dan kolam terdapat di bagian timur. Sedangkan bagian barat hanya terdiri atas perbukitan.







Sejarah Istana Ratu Boko
Ada sebuah prasasti kuno yang berangka tahun 792 yaitu Prasasti Abhayagiriwihara. Pada prasasti ini sedikit menyebutkan tentang Tejahpurnapane Panamkarana atau yang lebih dikenal dengan nama Rakai Panangkaran, yaitu raja Mataram yang hidup pada tahun 746-784 Masehi. Di prasasti itu disebut bahwa beliau telah memerintahkan pembangunan Abhayagiriwihara. Abhayagiriwihara diartikan sebagai sebuah vihara di atas bukit, yang penuh kedamaian.

Selain Prasasti Abhayagiriwihara yang ditemukan di lokasi situs Ratu Boko, ada beberapa prasasti lain yang menyebutkan tentang bangunan Abhayagiriwihara ini. Seperti yang telah disebut pada Prasasti Kalasan (tahun 779 M), Prasati Mantyasih (tahun 907 M), dan Prasasti Wanua Tengah III (tahun 908 M). Dan satu hal lagi Prasasti Abhayagiriwihara ditulis menggunakan huruf Pranagari. Penggunaan huruf pranagari merupakan ciri khas dari prasasti Buddha.

Selanjutnya setelah masa pemerintahan Rakai Panangkaran, pengauasa selanjutnya adalah Rakai Walaing Pu Kombayoni yang berkuasa pada tahun 898 hingga tahun 908 Masehi. Pada masa kekuasaan Rakai Walaing Pu Kombayoni, istana ini berubah namanya menjadi Keraton Walaing dan juga berubah fungsinya yaitu menjadi benteng pertahanan pada masa peperangan, dan dilengkapi dengan tumpukan batu-batu besar layaknya benteng.


Arsitektur Istana Ratu Boko
Candi Boko atau Candi Ratu Boko berada pada lokasi seluas 250.000 meter persegi, dan diatas puncak bukit. Istana Ratu Boko memiliki banyak sekali bagian bangunan, namun sayangnya saat ini hanya tinggal puing dan reruntuhan yang menyisakan beberapa bekas bangunan.

1. Gerbang Utama Candi Ratu Boko
Gerbang masuk ke Candi Boko ada di area sebelah barat candi. Gerbang ini terdiri dari 2 gerbang, yaitu gerbang luar yang berukuran kecil dan gerbang dalam yang besar dan merupakan gerbang utama Candi Ratu Boko. Gapura luar terdiri dari 3 gapura paduraksa yang berjajar. Sedangkan gapura dalam atau gapura utama terdiri dari 5 gapura paduraksa. Pada gapura utama terdapat tulisan Panabwara. Hal ini mengacu pada nama Rakai Panabwara yaitu keturunan dari Rakai Panangkaran yang juga menguasai istana Ratu Boko ini.


2. Candi Batu Kapur atau Batu Putih
Berada di sebelah timur laut berupa sebuah pondasi yang terbuat dari batu kapur. Bagian atasnya yang sudah tidak bersisa diperkirakan terbuat dari bahan kayu yang gampang sekali hancur.

3. Candi Pembakaran
Reruntuhan bangunan ini berupa bangunan berundak dengan tinggi 3 meter dengan 2 teras. Pada teras atas berupa teras persegi dengan sebuah lubang kotak berukuran 4x4 meter di bagian tengahnya yang diduga dulu dipakai untuk tempat pembakaran mayat. Dan di sebelah tenggara ada sumur untuk air suci.

4. Paseban
Berupa bangunan yang berada di selatan gapura sekitar 45 m. reruntuhan bangunan ini berupa teras dengan ukuran tinggi 1,5 meter, lebarnya 7 meter, dan panjangnya 38 meter. Di atas teras tersisa sekitar 20 umpak atau tumpukan batu yang diduga adalah pondasi untuk tiang dan atap bangunan. Paseban berarti tempat untuk menghadap raja.

 5. Pendapa
Berupa reruntuhan bangunan di bagian selatan gapura Candi Boko. Bangunan ini berbentuk dinding setinggi 3 meter dari batuan andesit dengan luas sekitar 40 meter x 30 meter. Pendapa atau Pendopo berarti ruang tamu, jadi diperkirakan bengunan ini adalah teras yang digunakan bagi para tamu yang datang.

6. Keputren
Berupa bangunan persegi berdinding batu setinggi 2 meter dengan luas 8 meter x 31 meter. Bagian dalam bangunan terdapat 2 buah kolam persegi dan 1 buah kolam lebih besar yang berbentuk bujur sangkar. Dan di sebelah bengunan ini terdapat juga 8 buah kolam lain berbentuk bundar yang masing-masing berjajar 3 buah. Kaputren dipercaya adalah tempat pemandian bagi raja dan juga bagi para wanita.


7. Gua
Merupakan 2 buah bangunan berupa lubang dari batu berbentuk persegi. Yang pertama adalah Gua Lanang (Gua Laki-laki) berbentuk ceruk persegi dengan ukuran lebar 3,7 meter, tinggi 1,3 meter, dan kedalaman 2,9 meter. Gua Lanang berada di bagian timur laut dari Paseban. Sedangkan yang satu lagi adalah Gua Wadon (Gua Puteri) juga berupa ceruk persegi dengan ukuran lebar 3 meter, tinggi 1,3 meter, dan kedalaman 1, 7 m. Gua Wadon lebih kecil dan berada di sebelah tenggara Paseban.



Kraton Ratu Boko Yogyakarta
Jl. Raya Jogja - Solo, 
Prambanan, Sleman INDONESIA
Telepon : +62-274-496510
Fax : +62-274-498325

Jam Buka 
Buka setiap hari pukul 06.00 WIB-17.00 WIB

Harga Tiket
Wisatawan domestik: 
Rp 25.000 (dewasa), 
Rp 10.000 (anak-anak)
Pelajar/Rombongan Rp 10.000

Wisatawan asing: 
USD 25

Tiket terusan Prambanan-Boko 25.000
Menikmati senja  (sunset) di Candi Ratu Boko Rp 100.000

















0 komentar :

Post a Comment

 
Top